Rabu, 18 Mei 2011

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JERMAN

Sebenarnya islam sudah dikenal oleh
bangsa Jerman sejak zaman pendudukan
Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat
itulah kekuasaan dan kemajuan dunia islam
disegani oleh bangsa-bangsa Eropa.
Andalusia dijadikan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dibawah Kekhalifahan
Islam. Eropa mulai memasuki abad
pertengahan, mereka menyebutnya
sebagai zaman kegelapan atau The Dark
Age. Memang tepat sekali sebutan tersebut
bagi bangsa Eropa pada zaman itu.
Ekspansi dan kemajuan besar-besaran
Kekhalifahan Islam baik dibidang politik,
ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan
jauh melampaui bangsa Eropa. Pada zaman
perang salib, peperangan terjadi antara
kaum muslim dengan bangsa Eropa,
terutama Perancis, Jerman dan Inggris.
Setelah perang salib berakhir, toleransi
antar agama dan kebudayaan pun
berlangsung. Di saat itulah bangsa Eropa
termasuk Jerman mulai mengenal lebih
jauh tentang Islam. Sastrawan nomor satu
di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah
seorang pengagum Muhammad saw.
Harian Republika pernah memuat biografi
tentang Wolfgang von Goethe pada rubrik
dunia islam. Dikatakan pada tulisan
tersebut bahwa von Goethe memasukan
ajaran-ajaran islam pada hasil karyanya.
Tulisan basmallah pun menghiasi buku-
buku yang dibuatnya. Pada akhir khayatnya
beliau mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hubungan antara Jerman dan Islam terus
berlanjut. Seperti yang diungkap pada
harian Medan Waspada, bahwa pada tahun
1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan
sebuah masjid di kota Potsdam untuk
tentaranya yang beragama islam, mereka
disebut dengan nama pasukan
Muhammadaner. Mereka juga diberikan
jaminan kebebasan beribadah. Pada
Pebruari 1807 pasukan Muhammadaner
membantu raja Wilhelm memerangi
Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan
Jerman lainnya, mereka pun memerangi
Rusia dan Polandia. Pada satu resimen
bernama Towarczy, 1220 tentara
beragama Islam dan 1320 tentara lainnya
beragama kristen. Pada zaman itu, kaum
muslim di Jerman selain menjadi tentara,
mereka juga banyak yang menjadi
pedagang, diplomat, ilmuwan, dan penulis.
Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman
kembali bersekutu dengan tentara muslim
dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat
komunitas muslim di Jerman bertambah
banyak dan makin menguatkan
eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman
sudah berdiri pada tahun 1930. Antara
1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu
warga Jerman beragama Islam, dan tiga
ratus di antaranya berdarah etnis Jerman.
Sayangnya, pada saat kepemimpinan Hitler
dan perang dunia kedua, umat islam
terpecah-pecah. Kebebasan beribadah
terancam. Sebagian umat islam pergi
melarikan diri ke negara balkan. Setelah
perang dunia kedua berakhir dengan
kekalahan besar yang didapatkan Jerman,
hubungan antara Jerman dan umat islam
kembali terjalin. Keberadaan Islam di
Jerman meningkat pada tahun 1960-an.
Akibat perang dunia, negara Jerman hancur
berantakan. Jerman membutuhkan banyak
tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari
Italia, Turki dan Eropa Timur untuk
membangun Jerman kembali. Setelah
kontrak kerja mereka selesai, para pekerja
ini menolak untuk pulang ke negara
mereka, bahkan mereka mendatangkan
keluarga-keluarganya untuk tinggal
menetap di Jerman. Berlin menjadi kota
dengan jumlah komunitas Turki terbesar
setelah Istanbul. Umat muslim dari
Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan
menetap di Jerman. Hal-hal tersebut
membuat jumlah penduduk yang
beragama Islam di Jerman mencapai lebih
dari dua juta jiwa pada awal tahun 1990.
Pembicaraan mengenai Islam dan
komunitas Muslim di negara-negara Barat
kini menjadi salah satu topik menarik. Hal
ini tidak hanya karena perkembangnya
yang cukup signifikan tapi juga karena
memberi dampak terhadap kehidupan
sosial politik negara-negara tersebut. Di
sebagian besar negara-negara Eropa Islam
kini telah menjadi agama terbesar kedua
dan keberadaanya saat ini mulai
diperhitungkan sebagai agama yang
“diakui” pemerintah. Salah satu negara
Eropah yang memiliki penduduk Muslim
yang besar adalah Jerman, dengan jumlah
berkisar 3.7 juta jiwa. Tulisan ini mencoba
memaparkan sekilas tentang
perkembangan Islam di Jerman, yang
sebagian berasal dari pengalaman penulis
selama enam tahun berada di negeri
tersebut.
Komunitas Muslim di Jerman
Keberadaaan orang-orang Islam pertama
sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari
masuknya bangsa Turki ke wilayah
tersebut di akhir abad ke 17 yang
merupakan respons perlawanan terhadap
kolonialisme Barat. Mereka menetap dan
berketurunan di wilayah tersebut. Ketika
bangkitnya industri-industri di Eropah,
banyak warga Muslim dari Turki dan Timur
Tengah melakukan migrasi untuk mencari
pekerjaan ke Eropah termasuk Jerman.
Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang
keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia
direkrut sebagai pekerja di Jerman atas
persetujuan antara pemerintah Jerman
dengan negara-negara bersangkutan.
Belakangan warga Muslim dari Libanon,
Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran
dan Bosnia juga datang ke Jerman
mengungsi karena negara mereka dilanda
perang. Karena merupakan negara maju,
Jerman juga menjadi target bisnis dan
pendidikan. Banyak para profesional,
pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim
dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara
datang dan sebagian menetap di sana.
Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini
berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah
keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2
juta orang. Menurut statistik tahun 1999,
komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah
sbb: Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran
116.446, Marokko 81.450, Afghanistan
71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924,
Tunisia 26.396, Syiria 19.055, Aljazair
17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania
12.249, Albania 10.528, Indonesia 9.470,
Somalia 8.248, Banglades 7.156, Sudan
4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509,
Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662,
Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan
1.249, Yaman 1.083. Tidak jelas berapa
jumlah Muslim yang berasal dari Jerman
sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik
Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan
sedikitnya 18.000-an orang, namun ada
dugaan menyebutkan sekitar 40.000
orang.
Konversi Agama ke Islam
Satu fenomena yang menarik belakangan
bahwa tingkat konversi orang-orang
Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah
ternama Jerman Der Spiegel pernah
menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan
Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang
di Jerman masuk Islam (lihat juga laporan
RTL: http://www.youtube. com/watch?
v=mhMdTjLXo). Kebanyakan para muallaf
berasal dari kalangan terpelajar.
Menariknya, fenomena ini terjadi justru
disaat media-media Barat gencar
mengaitkan Islam dengan terorisme.
Apa motivasi masuknya orang-orang
Jerman ke Islam? Monika Wohlrab-Sahr dari
Institut für Kulturwissenschaften
Universitas Leipzig dalam studinya
menyatakan “viele auf der Suche nach
dem “Andersartigen” (banyak yang
sedang mencari “bentuk lain”). Dalam
banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten
meist aus einer vorangegangenen
Lebenskrise heraus den Islam entdeckten
und nicht, wie oft im Nachhinein
geschildert werde, ein tatsächlicher
Vergleich mit anderen Religionen
stattgefunden habe. (Banyak pelaku
konversi tersebut mengalami problematika
kehidupan dan menemukan solusi dalam
Islam, bukan karena membanding-
bandingkannya dengan agama lain,
sebagaimana yang kerap digambarkan).
Monika menyebutkan bahwa penekanan
terhadap kedisiplinan dan kepatuhan
dalam Islam lebih kuat. Salah seorang
muallaf menyebutkan tertarik pada Islam
karena ajaran ini paling jelas merinci
tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga
yang mengakui meski Islam saat mundur
dari peradaban Barat, namun ajarannya
tetap relevan hingga saat ini.
Kebebasan Beragama
Di Jerman, kebebasan beragama dijamin
oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1
Undang-Undang Dasar Jerman
(Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit
des Glaubens, des Gewissens und die
Freiheit des religiösen und
weltanschaulichen Bekenntnisses sind
unverletzlich. (Kebebasan beragama dan
memiliki pandangan filosofis hidup tidak
boleh diganggu). Memang belakangan
terdapat beberapa kasus dimana warga
Muslim mendapat diskriminasi di Jerman
misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal
ini bukanlah kasus yang fenomenal dan
tidak merubah kebijakan pemerintah
Jerman terhadap umat Islam. Secara
umum, masyarakat Jerman sangat
menghargai kebebasan beragama. Sebuah
survey yang pernah dilakukan Stiftung
Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua
pertiga peserta polling percaya bahwa
umat Islam harus diberikan kebebasan
untuk melaksanakan ajaran agama mereka.
Organisasi-organisasi Islam di Jerman
umumnya berafilisasi kepada kelompok-
kelompok kultural seperti tersebut diatas.
Namun belakangan ada upaya-upaya
penyatuan dengan membuat lembaga yang
berfungsi sebagai mediator dan pemersatu
berbagai organisasi yang ada.
Pendidikan Islam Formal
Berbeda dengan kebanyakan negara-
negara lain di Eropa, Jerman dalam
perkembangan terakhir, mulai
memperbolehkan pelajaran agama Islam
bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah
umum. Biasanya pelajaran agama
dilakukan orang-orang Islam secara non-
formal di mesjid-mesjid atau kelompok-
kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang
merupakan hasil dari penggodokan
bersama antara pemerintah Jerman dan
komunitas Muslim di Jerman ini adalah
salah satu upaya mendukung proses
integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut
Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri
Jerman, kebijakan tersebut dapat
menjembatani perbedaan yang kerap
timbul.
Tidak hanya di level sekolah, pendidikan
Islam juga mulai diperkenalkan pada
tingkat akademik dengan membuka
Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi
di Jerman. Pendidikan pada tingkat
akademik ini dianggap dapat memberi
solusi terhadap masalah kehidupan Muslim
dalam keragaman dan juga dapat
mengangkat isu partisipasi mereka dalam
diskursus politik di negara tersebut.
Mesjid Sebagai Pusat Pembinaan.
Karena tidak adanya infrastruktur
keagamaan formal, mesjid-mesjid di
Jerman memiliki peran yang sangat
penting dalam pembinaan komunitas
Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi
sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai
tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan
sosial keagamaan, acara perkawinan, dan
pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid
yang memiliki toko, restoran,
perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat
ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000,
namun sebagian besar tidak dalam
bentuknya yang umum, melainkan ruko-
ruko yang berada dekat pusat bisnis dan
perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum
Muslimin untuk membangun mesjid dalam
bentuknya yang umum selalu kandas di
tingkat parlemen setempat. Namun sejak
tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh
dan megah di bangun. Satu laporan
menyebut sekitar 200 telah terbangun dan
lebih dari 30 dalam proses pembangunan.
Sebagai catatan akhir, dapat dikatakan
bahwa perkembangan Islam dan
komunitas Muslim di Jerman tampak
memberi dampak yang positif bagi
kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan
Islam oleh masyarakat Jerman sendiri
menunjukkan agama ini memberikan
alternatif bagi pemecahan masalah
kehidupan mereka. Islam tidak lagi
diidentikkan sebagai agama para imigran
melainkan agama yang terintegral dari
kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam
dan kultur mereka inilah yang akan
membangun apa yang dikenal sebagai
“ Euro Islam”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar